TEKNIK PERSEMAIAN
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemerintah dewasa ini sedang berusaha mencukupi kekurangan pasokan
kayu bagi keperluan pembangunan dan
industri melalui pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan target 6,2
juta ha, penggalakan pembangunan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan serta
merehabilitasi hutan dan lahan yang rusak melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (GN-RHL).
Pembangunan kembali hutan secara besar-besaran seperti yang
disebutkan di atas tentu memerlukan benih/bibit dalam jumlah yang cukup banyak
misalnya untuk target luasan 1 juta ha/tahun dengan jarak tanam 4 m x 5 m akan
memerlukan paling sedikit 500.000 juta semai. Pertanyaannya bagaimana caranya
memperoleh bibit yang sedemikian banyak dengan kualitas yang baik ? Jawabannya
adalah apabila kita membangun persemaian yang direncanakan dengan baik dan
menggunakan benih yang berkualitas baik pula.
Keperluan persemaian bagi tanaman hutan berbeda dibandingkan
dengan tanaman
pertanian karena :
1. Semai-semai dari kebanyakan pohon akan bersaing dengan gulma
sehingga akan
menyebabkan pertumbuhannya kurus karena itu perlu dipelihara
sampai mencapai ukuran dan kesehatan yang membuatnya mampu bersaing di
lapangan.
2. Hanya di persemaian rimbawan dapat memberikan kondisi tumbuh
yang optimal atau sebaik mungkin bagi pertumbuhan semai agar nmereka dapat
survive di lapangan terutama pada lahan-lahan yang kritis, miskin hara dan
tidak subur.
Kebanyakan persemaian dibuat untuk menproduksi anakan/semai untuk
keperluan
khusus karena itu semai-semai haruslah dari (a) jenis yang
dikehendaki, (b) tersedia pada saat yang tepat misalnya saat musim tanam (c)
memiliki ukuran yang sesuai dan berbatang kokoh serta (d) diproduksi sesuai
kebutuhan untuk suatu program penanaman.
Penanaman pohon (hutan) dapat dilakukan dua cara yaitu dengan
menggunakan biji
(pembiakan generatif) dan menggunakan bagian vegetatif dari
tanaman (pembiakan
vegetatif) seperti misalnya menggunakan stek batang/stek akar
mapun stek pucuk.
2. Persemaian
Yang dimaksudkan dengan persemaian (Nursery) adalah tempat
atau areal untuk
kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi
bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.
Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari
kegiatan
penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci
pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung
(direct planting) dan
secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu
di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila
biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah.
Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih
tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke
lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah
kuat (siap ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi semai
antara 20-30 cm atau umur semai 8 – 10 bulan.
Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak
penaburan benih
merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di
lapangan. Selain
pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat
dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila
dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan.
II. PERENCANAAN PEMBUATAN PERSEMAIAN
Perencanaan merupakan taraf permulaan dari setiap proses
penyelenggaraan kegiatan.
dimanai kita menggambarkan di muka hal-hal yang harus dikerjakan
dan cara mengerjakannya dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan.
Dalam pekerjaan persemaian, perencanaan dasar meliputi unsur-unsur
kegiatan yang
mencakup pemilihan jenis persemaian, lokasi persemaian, kebutuhan
bahan, kebutuhan peralatan dan tenaga kerja yang diperlukan, serta tata waktu
penyelenggaraan persemaian.
Umumnya penyediaan semai/tahun sebanyak 20.000 batang merupakan
kebutuhan minimum untuk memulai persemaian berukuran kecil.
1. Jenis Persemaian.
Sebelum dimulai pembuatan perlu ditentukan terlebih dahalu jenis
persemaian apa
yang akan dibuat. Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi 2
jenis/tipe yaitu
persemaian sementara dan persemaian tetap.
1.1. Persemaian sementara (Flyng nursery).
Jenis persemaian ini biasanya berukuran kecil dan terletak di
dekat daerah yang akan
ditanami. Persemaian sementara ini biasanya berlangsung hanya
untuk beberapa periode panenan (bibit/semai) yaitu paling lambat hanya untuk
waktu 5 tahun.
Keuntungan dan keberatan persemaian sementara adalah :
a. Keuntungan :
1. Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
2. Ongkos pengangkutan bibit murah.
3. Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian
selalu
berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin.
4. Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.
b. Keberatannya.
1. Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan
dengan hasil
yang sedikit.
2. Ketrampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti
petugas.
3. Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.
4. Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan..
1.2. Persemaian Tetap.
Jenis persemaian ini biasanya berukuran (luasnya) besar dan
lokasinya menetap di
suatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas.
a. Keuntungan :
1. Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan
2. Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki
3 Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang
tetap dan terpilih
4. Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur
5. Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan
pertumbuhannya
lebih seragam
Kerugiannya :
1. Keadaan ekologi tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
2. Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian
sementara.
3. Membutuhkan biaya untuk investasi lebih tinggi dibanding
persemaian sementara.
Hal ini karena untuk persemaian tetap biasanya keadaan sarana
(misal jalan
angkutan, bangunan-bangunan di persemaian) dan prasarana (misal:
peralatan
kerja/angkutan ) lebih baik kualitas dan lebih mahal harganya
dibanding yang
diperlukan persemaian sementara.
2. Pemilihan Lokasi Persemaian :
Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan observasi
lapangan. Untuk
memilih lokasi persemaian persemaian yang baik, beberapa
persyaratan yang perlu
dipertimbangkan adalah :
2.1. Aspek Teknis
2.1.1. Letak lokasi persemaian
Sejauh mungkin lokasi persemaian diusahakan terletak di
tengah-tengah daerah
penanaman atau berjarak sedekat mungkin ke setiap areal penanaman.
Areal persemaian terbuka/kena sinar matahari cukup/langsung, mudah dijangkau
setiap saat dan terlindung dari angin kencang.
2.1.2. Jalan angkutan
Adanya dekat jalan angkutan yang memadai sesuai keperluan, baik
lewat darat maupun lewat air/sungai. Tanpa adanya jalan angkutan ini akan
mempersulit pengawasan dan mempertinggi biaya angkutan.
2.1.3. Luas Persemaian
Luas areal persemaian tergantung pada :
a) Jumlah semai yang diproduksi/tahun
b) cara penanaman apakah sistim akar telanjang (bare root) atau
sistim container dimaa lebih banyak ruang dibutuhkan dan
c) Lamanya semai/bibit dipelihara di pesemaian sampai diperoleh
ukuran yang
memenuhi persyaratan ukuran tinggi, diameter kekokohan batang
dll..
Pengalaman di beberapa negara misalnya untuk memproduksi 1 juta
semai/bibit dengan lama pemeliharaan lebih dari 1 tahun diperlukan 4 ha lahan
untuk persemaian; seluas 1,5 – 2 ha bila semai dipelihara selama 4 bulan sampai
1 tahun, dan 0,5 sampai 1 ha bila semai berada kurang dari 4 bulan di
persemaian. Pada umumnya Luas persemaian yang dibutuhkan dapat diperhitungkan
dengan rumus :
Luas areal persemaian 100/60 x (luas bendengan sapih + bedengan )
m2 Angka 60 disini adalah 60% dari luas areal persemaian biasanya digunakan
untuk tempat bedengan dan bedengan sapih, (areal efektif), sedang 40% lainnya
(40% dari luas areal persemaian) digunakan untuk tempat/bangunan sarana di
persemaian, misalnya jalan inspeksi, saluran pengairan, kantor, brak, kerja,
dan bangunan ringan lainnya . Berdasarkan Peryaratan HTI luas areal untuk
pembangunan sarana dan prasarana hanya 5 % dari luas areal HPHTI.
Ukuran bedeng bisanya 5 m x 1 m .Normalisasi ukuran bedengan
mejadi 5 m x 1 m ini akan memudahkan dalam pengaturan pekerjaan dan juga
memudahkan perhitungan banyaknya semai. Selanjutnya tinggi/tebal tanah bedengan
umumnya sekitar 15 cm.
Untuk tempat medium dapat berupa bedengan, dan banyak pula yang
menggunakan kotak yang terbuat dari papan kayu atau seng , berukuran 1 x1 m
atau 1 x 2, tebal/tinggi sekitar 15 cm dapat juga menggunakan kotak plastic
yang banyak dijual di pasaran.
2.2. Aspek Fisik
a. Air
Adanya sumber air dan persediaan dalam jumlah yang cukup di dekat
persemaian sangat memudahkan keberhasilan persemaian. Pada umumnya sumber air
di dalam kawasan hutan adalah berupa sungai, mata air dan air dalam tanah, juga
sumber air
berupa air hujan merupakan sumber air yang banyak diharapkan oleh
para pengelola
persemaian.
Kebutuhan air untuk persemaian tidaklah sama, tergantung pada
jenis tanaman yang
disemaikan. Sebagai contoh, kebutuhan air untuk menyiram dan
persemaian dapat diperkirakan sebagai berikut ( Darjadi dan Haryono, 1972) ;
Pinus merkusii - 60 m3
/Ha/hari
Swietenia macrophylla - 60 m3
Ha/hari
Tectona grandis - 20 m3
Ha/hari
Shorea Sp - 60 m3 Ha/hari
Eucalyptus spp - 40 m3
Ha/hari
b. Media tumbuh/tanah
Tanah merupakan salah satu komponen habitat ( tempat tumbuh )
tanaman.
Tanaman akan tumbuh subur bila medium tumbuhnya subur dan merana
bila medium
tumbuhnya tidak subur.
Sebagai medium tumbuh semai, perlu diusahakan memilih tanah yang
steril dan yang mempunyai sifat-sifat baik seperti porositas dan drainasenya
baik, bebas batu dan kerikil. pH media sebaiknya berkisar antara 5 – 7 dan
diusahakan tidak menggunakan
tanah liat.
Untuk pertumbuhan tanaman(sapihan) diperlukan adanya unsur-unsur
hara penting (essensial). Menurut kebutuhan tanaman unsur-unsur hara penting
dapat digolongkan
menjadi : unsur-hara makro dan unsure hara mikro. Unsur hara makro
dibutuhkan dalam jumlah relative lebih banyak yaitu : carbon,©, Hidrogen
(H),Oxigen(O), Nitrogen (N), Phosporus (P), Pottasium (K), Sulfat (S),
Magesium(mg) dan Calcium(Ca) sedangkan unsur hara mikro ada 7 unsur yaitu :
Iron (Fe), Boron (B), Copper (Cu), Zince (Zn), Molydenum (Mo) dan Chlorine
(Cl).
Unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman tersebut diatas
berasal dari sumber yang berbeda-beda. Unsur-unsur hara C,H dan O berasal dari
atmofir atau air, sedang
unsur-unsur hara lainnya berasal dari mineral tanah. Pada umumnya
tanah-tanah pertanian di Indonesia kekurangan unsur-unsur N.P dam K. Oleh
karena itu pemupukan di Indonesia (bahkan di dunia ) umumnya menggunakan
unsur-unsur yang mengandung ketiga unsur tersebut.
Pada tanah/media yang kurang subur dapat diberikan tambahan unsur
hara dalam
bentuk pupuk organik maupun anorganik.
Pupuk Organik
Pupuk organik (pupuk kandang, kompos dsb) merupakan sumber hara
tetapi, kandungan unsur haranya rendah, dan untuk memperolehnya dalam jumlah
banyak agak sulit. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah.
Pupuk Anorganik biasa pula disebut pupuk buatan. Pupuk buatan yang
penting digolongan penting adalah nitrogen, pupuk fosfat dan pupuk kalium.
c. Kelerengan
Pada umumnya persemaian dibuat pada lahan yang sedatar mungkin.
Semakin miring topografinya akan semakin sulit pengerjaan persiapan lapangan
dan juga semakin banyak tenaga dan biaya yang dibutuhkan. Kelas kelerengan
lahan yang dijumpai di lapangan biasanya digolongkan sebagai berikut :
Datar dengan kelerengan : 0-8 %
Landai dengan kelerengan : 9-15 %
Bergelombang dengan kelerengan : 16-25 %
Berbukit dengan kelerengan : 26-45 %
Bergunung dengan kelerengan lebih dari : 45 %
Untuk persemaian sedapat mungkin dipilih/digunakan lahan kelas
kelerengan relative datar – landai. Pada umumnya diusahakan agar kelerengan
untuk areal persemaian kurang dari 10 %.
2.3. Aspek tenaga kerja
Kegiatan di persemaian, merupakan kegiatan yang sangat erat dengan
masalah ketenaga kerjaan. Adanya tenaga kerja yang memadai baik kualitas maupun
kuantitasnya menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam usaha
persemaian. Kualitas disini menyangkut pengertian keadaan tenaga kerja yang
berpengetahuan dan trampil di bidang persemaian. Kebutuhan tenaga kerja ini
terutama diharapkan dapat dicukupi dari penduduk sekitar atau dekat dengan
persemaian sehingga lebih efisien dan memenuhi fungsi sosial penduduk setempat.
Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk tiap-tiap persemaian
bergantung pada volume pekerjaan yang ada. Volume kegiatan pekerjaan di
persemaian pada umumnya berbeda pada setiap tahap kegiatan, karena itu kebutuhan
tenaga kerja juga berbedabeda sesuai dengan tahapan kegiatan.
Dasar dari perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah pada
kemampuan seseorang mengerjakan pekerjaan tersebut. Misalnya, kebutuhan tenaga
kerja pada saat/tahap kegiatan pengisian kantong plastik dengan tanah yang
telah dipersiapkan.
Contoh :
- Jumlah kantong plastik yang harus diisi 400.000
- Kemampuan mengisi kantong plastik tiap orang, tiap hari 500
kantong plastik.
Maka diperlukan 400.00/500 HOK = 800 HOK (Hari Orang Kerja).
Apabila pekerjaan, pengisian kantong plastik harus selesai dalam 1
bulan (=25
hari kerja), maka setiap hari dibutuhkan 800/25 = 32 orang secara
teratur.
Dari perhitungan kemampuan seseorang pengerjaan pekerjaan
tertentu,
dapatlah kemudian dihitung tenaga kerja pada tiap-tiap tahap
kegiatan, dan selanjutnya untuk seluruh kegiatan di persemaian.
2.4. Kebutuhan bahan
Kebutuhan bahan untuk persemaian meliputi benih, pasir, tanah atau
jenis medium tumbuh lainnya (gambut, sekam dsb), kantong plastik kontiner)
pupuk fungsida dan pestisida.
a) Benih
Dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian di dalam
penyediaan benih untuk
bahan penanaman di persemaian yaitu kualitas dan kuantitas benih,.
Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu
sangat menentukan keberhasilan sesuatu persemaian.
Seringkali terjadi kekurangan benih bukan disebabkan kurangnya
jumlah/berat benih
yang tersedia, tetapi karena kualitas benihnya yang jelek. Hal ini
dapat terjadi bagi suatu daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu
sehingga harus didatangkan dari luar.
Untuk menyakinkan kualitas benih apakah masih baik perlu dilakukan
uji ulang apakah
hasilnya sesuai dengan yang dicantumkan pada label.
Banyaknya benih yang dibutuhkan suatu persemaian ditentukan
beberapa faktor
sebagai berikut :
• Jumlah semai yang harus dihasilkaan
• Peren perkecambahan (viabilitas) dari benih yang bersangkutan.
• Persen jadi semai sampai siap tanam,dan
• Jumlah butir benih tiap kg.
Untuk menghitung banyaknya benih yang dibutuhkan di persemaian (v)
dapat
dipergunakan rumus sebagai berikut :
V= A__ ……………………………………………………………………… (4)
B. C. D
dimana
A = Jumlah semai yang harus dihasilkan
B = Persen perkecambahan dari benih yang bersangkutan
C = Persen jadi semai sampai siap tanam
D = Jumlah butir benih murni tiap kg
V = Jumlah benih yang dibutuhkan (dalam kg).
Contoh :
Persemaian sengon (Paraserianthes falcataria) dengan jumlah
semai yang
harus dihasilkan 400.000 batang; persen perkecambahan 50 % persen
jadi semai
sampai siap ditanam 80%; jumlah butir benih tiap kg = 50.000. Maka
jumlah
yang dibutuhkan
_____400.000________ X kg = 20 kg
V = 50 X 80 X 50.000
100 100
b) Pasir dan tanah (jenis medium tumbuh lainnya)
Pada dasarnya bahan pasir (untuk medium ) maupun tanah (atau
medium
tumbuh yang lain) untuk medium sapihan dipilih yang baik, bebas
batu, kerikil dan
benda-benda lain. Yang dapat mengganggu pertumbuhan benih yang
dikecambahkan
maupun pertumbuhan semai hasil sapihan. Benda-benda keras yang
dimaksud antara lain :
kerikil, batu-batu.
Pasir untuk medium perkecambahan diusahakan sesteril mungkin
antara lain dengan cara dijemur pada tempat kena sinar matahari penuh selama
2-3 hari atau disiram air panas atau digoreng untuk menghindari kemungkinan
adanya jamur. Dalam usaha untuk memacu pertumbuhan semai hasil sapihan,
akhir-akhir ini banyak dilakukan pemberian pupuk yaitu secara dicampur dengan
tanah yang telah dipilih untuk medium sapih. Pekerjaan ini dilakukan dengan
cara mencampur pupuk dan tanah sampai merata (diaduk) baru setelah itu diisikan
kekantong plastik yang telah disiapkan. Perbandingan pupuk kandang dengan tanah
yaitu : 1:2, sedang menggunakan pupuk TSP biasanya dengan dosis 4-5 gram setiap
kantong plastik. Khususnya untuk pinus merkusi, tanah (+pupuk) sebagai medium
sapih, perlu adanya pemberian mikorisa kantong plastik/container
c.) Kantong plastik/container
Kantong plastik/container ini digunakan untuk medium sapihan
setelah diisi hampir penuh dengan tanah. Tanah untuk medium sapih dipilih tanah
yang baik halus, merata dan dicampur dengan pupuk. Banyaknya kantong plastik
yang dipergunakan tergantung beberapa banyak semai yang akan dihasilkan dan
berapa besar prosentase kerusakannya.
Kebutuhan wadah/kantong plastik dalam persemaian dapat dihitung,
dengan
rumas sebagai berikut :
D = n + ( n x ps ) …………………………………………………..(5)
Jumlah kantong plasik Kg
dimana :
D = Jumlah kantong plastik yang harus disediakan(kg)
n = Jumlah semai yang harus disediakan
ps= Persen kerusakan atau salah hitung kantong plastik.
Ukuran kantong plastik yang dipergunakan bervariasi,tergantung
dari cepat pertumbuhan
semai. Semakin cepat pertumbuhannya semakin besar ukuran kantong
plastik.
Ukuran kantong plastik yang biasanya dipergunakan adalah
0,04 x 10 cm x 20 cm
0,04 x 8 cm x 17 cm
0,04 x 6 cm x 15 cm
Warna plastik ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan semai, warna
kantong plastik hitam mempunyai pengaruh pertumbuhan semai yang baik, bila
dibanding dengan warna putih,hijau,kuning, dan merah. Dan kantong plastik warna
hitam biasanya lebih
awet/tahan lama dibanding dengan yang lain.
4. Peralatan dan tenaga kerja
4.1. peralatan
Macam-macam peralatan yang perlu diadakan di persemaian adalah :
4.1.1.Kantor
Kantor persemaian harus memenuhi persyaratan dan harus ada
pelengkapan kantor perlu dilengkapi ruang kerja, ruang data, ruang istirahat,
ruang P3K dan ruang khusus untuk gudang. Ruang gudang harus memenuhi syarat:
tidak lembab dan ventilasinya harus cukup baik
4.1.2. Barak Kerja
Barak kerja diperlukan terutama untuk tempat pengisian tanah dan wadah/kantong
plastik medium sapih dan sebagai tempat istirahat para pekerja.
4.1.3. Rumah Jaga
Rumah jaga disediakan untuk tempat tinggal dan gudang petugas
(mandor persemaian). Hal ini sangat penting agar persemaian selalu terjaga dan
dapat mengambil tindakan secara apabila terdapat masalah-masalah di persemaian,
antara lain masalah adanya gangguan persemaian oleh hama dan penyakit tanaman
yang mungkin mendadak, pengaturan, dan sebagainya.
4. 1.4. Sarana pengairan
Sarana pengairan dipersemaian antara lain berupa parit/saluran dan
bak penampung air yang cukup memadahi dengan keperluan. Disamping itu, umumnya persemaian
tidak terlalu menggantungkan air penyiraman dari hujan. Oleh karena itu perlu
adanya pompa air yang lengkap dengan peralatannya/pipa penyalur air.
Untuk penyiraman persemaian dengan kurang dari 50.000 semai
biasanya dilakukan dengan tangan, yaitu menggunakan gembor. Sedang untuk
persemaian dengan produksi bibit/semai dari 50.000 semai akan lebih
menguntungkan dengan menggunakan pompa motor dengan penyiraman otomatis. Pada
persemaian modern penyiraman dilakukan dengan cara ”sprinkle irrgation”
dengan cara ini air disemprotkan lewat spayer yang dapat diputar seperti air
mancur 4.1.5.Jalan angkutan dan jalan inspeksi Jalan angkutan perlu dibuat
untuk mengangkut bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan dipersemaian
termasuk untuk mengangkut semai-semai pada saat akan ditanam di lapangan. Lebar
jalan angkutan biasanya tidak kurang dari 2,5 meter sedang lebar jalan inspeksi
antara 0,75-1,00 meter.
4.1.6. Pemagaran Persemaian
Seringkali diabaikan karena fungsi pagar dirasakan tidak terlalu
penting. Tetapi bagi berbagai kondisi persemaian adanya pagar dirasakan tidak
terlalu penting.
Persemaian yang membutuhan pagar biasanya dalam kondisi :
• seringkali terjadi hembusan angin yang kencang
• adanya gangguan ternak
• adanya gangguan babi hutan/rusa.
Pada kasus yang pertama biasanya dipergunakan pagar hidup dari
jenis-jenis tanaman 4-5 kali tinggi pohan.Sedangkan pada kasus kedua dan ketiga
dapat dicegah dengan membuat pagar dari kawat berduri.
4.1.7. Pengadaan naungan
Naungan dibuat dengan maksud untuk menghindarkan kerusakan semai
dari cahaya dan suhu udara yang berlebihan serta kerusakan yang disebabkan oleh
tempat air hujan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan semai dengan pertumbuhan
yang baik dengan jalan memberikan cahaya serta suhu sesuai yang dibutuhkannya. Untuk
memberikan naungan pada semai; hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah
sifat jenis semai inti mengenai kebutuhannya akan cahaya. Untuk perkecambahan benih
dan pertumbuhannya apakah semai itu memerlukan cahaya penuh ataukah perlu
naungan. Dalam prakteknya naungan diperlukan baik untuk jenis yang perlu naungan
maupun yang tidak perlu naungan. Hanya saja untuk jenis-jenis yang tidak perlu naungan
atau memerlukan cahaya penuh, diberikan naungan yang ringan : misalnya
naungan yang dibuat dari bahan kasa plastik atau alang-alang/daun
kelapa sebagai atap yang diatur tidak terlalu rapat sehingga cahaya matahari
masih bisa masuk ke bedengan /bak , naungan sering dibuka, kecuali jika ada
hujan deras dan matahari begitu terik.
Intensitas naungan dikurangi secara berangsur-angsur. Pada umumnya
8-10 minggu sebelum semai dipindahkan di tanam ke lapangan. naungan sama sekali
ditiadakan. Hal ini dimaksudkan agar menjelang penanaman dilapangan semai dapat
menyesuaikan diri dari keadaan di lapangan yang biasanya terbuka.
b). Bahan dan cara pembuatan
bahan naungan bergantung kepada biaya yang tersedia, kemudahan
memperolah bahan dan berat ringannya naungan yang dibutuhkan, dapat dipakai
sebagai atap antara lain :
1. Kasa plastik
2. Atap plastik/sarlon
3. Alang-alang
4. Daun kelapa atau daun sagu
Sering pula naungan yang dipakai adalah tanaman yang tumbuh atau
ditanam terpancar di dalam persemaian. Untuk mengurangi tingkat naungannya.
Biasanya daun-daun atau cabang-cabangnya dipangkas atau pohonnya beberapa
ditebang.
Tinggi atap naungan biasanya 150 cm dari tanah atau bak untuk
bagian yang rendah (sebalah barat) dan 175 cm untuk bagian yang tinggi (sebelah
timur), agar orang lebih leluasa bekerja dibawahnya. Agar atap naungan itu
mudah dibuka dan ditutup lagi, sebaiknya atap tidak dilekatkan mati pada
tiang-tiang penyangga.
4.1.8. Sarana-sarana lain
Sarana lain yang biasanya perlu disediakan antara lain adalah
alat-alat kerja
seperti :
a) sabit,cetok,cangkul dan peralatan pemberantas hama dan
penjakit/sprayer,
b) Tenaga Kerja (Lihat Sub-sub Aspek Ketenaga Kerja,amar 2.2.3)
5. Tata Waktu Penyelenggaraan Persemaian
tata waktu kegiatan dipersemaian perlu direncanakan masak-masak
mengingat bahwa kegiatan pembuatan tanaman di Indonesia khususnya sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim setempat. Penanaman dilapangan biasanya
dilakukan pada permulaan musim penghujan, sehingga sebelum saat itu tata bibit
(semai) harus sudah siap. Mengingat musim penghujan untuk masing-masing daerah
kemungkinan berbeda-beda, maka permulaan dari pembuatan persemaian juga
mengukuti keadaan setempat.
Lamanya waktu penyelenggaraan setiap periode persemaian, selain
dipengaruhi oleh iklim (musim tanam) setempat, juga dipengaruhi oleh jenisnya
tanaman yang akan disemaikan, karena masing-masing banih dari suatu jenis
tanaman yang akan sampai siap tanam di lapangan membutuhkan waktu yang
berbeda-beda.
Misalnya :
• Pinus merkusii membutuhkan waktu mulai dari penaburan benih
sampai siap
tanam dilapangan sekitar 8-12 bulan.
• Acacia auriculiformis, Eucalyptus deglupta, Albizzia
falcataria, Melaleuca
leucadendron, Leucaena glauca, Leucaena leucocephala dan Calliandra cal
thyrsus, membutuhkan waktu dari
penaburan benih sampai siap tanam di
lapangaan berkisar 3,5-6 bulan.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan tata waktu pembuatan
persemaian jenis
tanaman Pinus merkusii untuk daerah pulau Jawa sebagai berikut :
B u l a n
Jumlah kegiatan 11 12 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01
1. Persiapan Lapangan
2. Penaburan Benih
3. Penyapihan
4. Pemeliharaan Semai
5. Penanaman di Lapangan
Catatan : untuk kawasan yang musim pengujannya jatuh pada bulan
Maret atau April maka tata waktu pada table kegiatan atas disesuaikan.
Keterangan :
1. Pesiapan lapangan (termasuk observasi lapangan) bulan
Nopember:Desember
(tahun pertama)
2. Penaburan benih : bulan Januari (tahun kedua)
3. penyapihankecambah/semai : bulan Februari-Maret (tahun kedua)
4. Pemeliharaan semai di bedengan sapih/persemaian : bulan
April-September (tahun kedua).
5. Penanaman di lapangan : bulan Desember – Januari ( tahun
ketiga).
Dari data tersebut di atas, waktu yang diperlukan untuk membuat
persemaian jenis Pinus merkusii, sejak persiapan lapangan sampai siap di
lapangan adalah 13 -14 bulan
Berdasarkan berbagai pustaka dan pengalaman di dalam pembuatan persemaian
akhir-akhir ini, dalam usaha memperpendek semai-semai di persemaian hingga siap
ditanam adalah dengan cara pemberian pupuk TSP. Dan pada pemeliharaannya selanjutnya
selama di bedengan sapih diberi pupuk NPK. Dan sampai dengan tiga kali, dimulai
sejak sapihan berumur 1 bulan. Dosis pupuk TSP 3-5 gram setiap kantong plastic (berukuran
lebar 10 cm dan panjang 20 cm) tanah media sapih. Sedang pupuk NPK dengan dosis
0,25 gram setiap semai sebulan sekali.
Dengan cara ini semai siap tanam biasanya dapat diperpendek
waktunya sampai 1,5-2
bulan.
III. PELAKSANAAN PEMBUATAN PERSEMAIAN
1. Persiapan
Sesudah lokasi persemaian ditentukan, beberapa kegiatan persiapan
persemaian yang antara lain :
a). Pengadaan bahan, peralatan/bangunan dan tenaga kerja Bahan
yang perlu disiapkan antara lain :
1. Pasir yang baik dan telah distreilkan untuk medium penaburan
benih
2. Bedengan/bak , diberi naungan (atap).
3. Bedengan sapih,diberi naungan,terutama untuk melindungi,
semai-semai dari teriknya sinar matahari di siang hari dan hujan yang deras.
4. Kantong plastik /container yang bagian bawah telah diberi
lubang-lubang.
5. Tanah yang baik, yang artinya dicampur dengan pupuk TPS untuk pengisian
kantong plastik sebagai media sapih.
6. Pupuk TSP dan NPK.
7. Seng atau tripleks untuk label.
8. Fungisida dan Pestisida.
9. Bahan untuk pemagaran persemaian, antara lain kawat berduri,
dan kayu atau bambu, tali serta bibit/semai/stek batang , jenis tanaman pagar.
Peralatan/bangunan yang disiapkn antara lain :
1. Peralatan/bangunan untuk pangairan antara lain : parit/saluran
pangairan,bak penampung air gembor (dan kemungkinan perlu pompa air lengkap
dengan peralatannya).
2. Alat menyemprot fungisida/ dan pestisida yaitu spayer.
3. Alat-alat kerja : cangkul, sabit, ganco, gergaji, linggis.
4. Alat pengukuran : meteran/roll meter, kompas.
5. alat pencatat yang diperlukan
6. kantor, barak kerja, rumah jaga.
Tenaga kerja yang perlu disiapkan baik tenaga harian,borongan
maupun tetap yang jumlah disesuaikan setiap jenis kegiatan/pekerjaan. Tenaga
kerja tetap/harian tetap
sebagai kegaiatan di persemaian sejak pekerjaan penaburan benih
sampai dengan pemeliharaan semai di bedengan sapih, terutama tenaga pengawasan
(mandor) perlu
dipilih yang kualitasnya baik, yaitu berpengalaman dan trampil di
bidang persemaian.
2. Pelaksanaan
a).Persiapan lapangan
1. Pengukuran batas persemaian dengan pemberian tanda batas yang jelas
dan kemudian dipetakan
2. Pembersihan lapangan dari semak-semak, rumput/alang-alang dan
tunggak-tunggak yang ada
3. Pengerjaan/pencangkulan tanah dengan baik dan meratakannya
4. Pengaturan tempat, terutama untuk bedengan/bak dan bedengan sapih
sesuai hasil pemetaan, amar
5. Pemegaran persemaian
6. Pembuatan bedengan/ bak yang diberi pasir bagian atasnya
setebal 10-15 cm dan bedengan sapih dengan diberi naungan / atap
7. Pembuatan jalan angkutan/pengawasan
8. Pembuatan/pemasangan alat pengairan
9. Pengisian kantong plastik sampai penuh dengan medium tumbuh yang
telah dicampur pupuk sebagai medium sapihan, kemudian diatur/disusun di
bedengan sapih yang telah disiapkan.
b). Penaburan benih
penaburan benih adalah menanam benih yang telah dipersiapkan /
telah melalui perlakuan-perlakuan khusus dibedengan/bak dengan tujuan agar
benih dapat berkecambah dengan baik.
Penaburan benih dilakukan secara merata menurut
larikan/jalur-jalur atau lubanglubang yang telah dibuat, kemudian ditutup
dengan pasir atau tanah halus setebal 0,5-1 cm/ setebal benih. Secara garis
besar penaburan dapat dilakukan tiga cara (1) satu persatu (drill sowing), (2)
bentk garis/baris (line sowing), dan (3) menabur mereta (dust sowing). Dan
kemudian ditutup dengan potongan-potongan seresah yang telah disterilkan.
Penutupan seresah ini dimaksudkan untuk :
• menjaga kelembaban medium.
• Meningkatkan suhu medium.
• Menekan pengeliaran rumput-rumput pengganggu, sehingga dengan
demikian perkecambahan benih dapat berlangsung sempurna..
Jarak tanam antara benih dan atara larikan tergantung pada benih
dari suatu jenis tanaman, namun rata-rata 5 cm antar benih dan 5 – 10 cm antar
larikan.
Untuk benih – benih yang halus/ kecil (misalnya benih Melaleuca
spp), agar hasil penaburan benih dapat merata, maka benih yang akan di
dicampur dengan pasir.
Perbandingan berat/volume campuran benih dan pasir biasanya 1 :
20.
Setelah benih ditutup tanah, segera dilakukan penyiraman sampai
pasir/medium
cukup basah, kemudian pada setiap bak/bedengan dipasang label yang
bertulisan : nomor bak penabur, species/jenis, asal benih tanggal penaburan,
dan jumlah / banyak benih yang di. Kegiatan ini memerlukan kecermatan sehingga
jangan sampai menggunakan tenaga borongan.
c) Penyapihan
Pengertian penyapihan adalah memindahkan bibit/anak semai dari
bedengan / bak ke medium di bedengan sapih. Cara penyapihan, baik pada waktu
mencabut/menggali bibit/anak semai di bedengan / bak maupun waktu menanamnya ke
medium sapih harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai
batang/akar-akarnya rusak atau tidak tertanam tegak lurus. Waktu penyapihan
sebaiknya dilakukan sore hari, dan setelah disapih segara dilakukan penyiraman
sampai tanahnya cukup basah. Setelah itu ada setiap bedengan sapih dipasang
label yang bertuliskan : Nomor bedengan sapihan, species/jenis,asal bedengan
penaburan. Kegiatan ini memerlukan kecermatan sehingga jangan sampai menggunakan
tenaga borongan.
Waktu kecambah (semai anakan) siap disapih tergantung, jenisnya
biasanya sesudah
keluar daun pertama sudah dapat dilakukan penyapihan. Setelah
bibit / semai sapihan
berupa 3-4 minggu sejak disapih, kerapatan atap/naungan mulai
dikurangi dan setelah
berumur 8-10 minggu sebelum semai dipindahkn / ditanam ke
lapangan, atap/naungan tanaman sama sekali ditiadakan. Khususnya untuk jenis
Pinus merkusii, sebelum penyapihan, perlu tanah/medium sapih diberi mecorrhiza.
d) Pemeliharaan persemaian
Pemeliharaan persemaian dilakukan sejak benih di sampai dengan
semai siap
ditanam di lapangan, meliputi pekerjaan sebagai berikut :
1. Penyiraman
Cara pengairan/penyiraman yang paling ekonomis ialah dengan
membuat bedengan
di hulu sungai dan mengalirkan airnya melalui saluran ke tempat
tertinggi di persemaian,
kemudian dari situ air dibagi keseluruh areal persemaian dengan
cara pembuatan saluransaluran air kedua (sekunder), dari saluran-saluran kedua
ini air dapat langsung mengairi bedengan-bedengan di mana semai dalam kantong
plastik ditempatkan.
Cara penyiraman yang biasa dikerjakan ialah penyiraman dengan
tangan, yaitu menggunakan gembor, dilakukan 2 kali setiap hari (sekitar pukul
15.00-17.00) dan pagi hari (sekitar pukul. 06.00 - 08.00). penyiraman
berhati-hati, terutama di bedengan/bak untuk menghindari agar kecambah yang
masih lemah tidak rusak.
2. Penyiangan/perumputan
a). Maksud dan tujuan
Maksud penyiangan/perumputan ialah menghilangkan rumput atau
tumbuh-tumbuhan
lain (liar) yang tidak diinginkan tumbuh bersama semai. Tujuannya
ialah membebaskan semai dari persaingan dengan tumbuhan liar dalam hal
memperoleh cahaya, udara, air dan unsur-unsur hara. Peyiangan/perumputan sering
banyak menyita waktu dan tenaga, karena harus dilakukan berulang-ulang. Oleh
karena itu itu untuk mengerjakan penyiangan harus dicari cara yang mudah dan
murah dengan hasil yang memadai.
b). Cara pengendalian
Untuk mencegah tumbuhan liar/gulma di persemaian tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan adalah :
• lapangan yang akan dipakai untuk persemaian, rumput-rumput atau
tumbuhan lainnya dibersihkan dahulu, sedapat mungkin sampai ke akar-akarnya.
• Benih semai diusahakan jangan sampai tercampur dengan biji
tumbuhan liar.
• Jangan mengizinkan ternak masuk ke persemaian.
• Tanah, pasir, batu dan bahan-bahan lain yang dipakai sebagai
bahan membuat
persemaian diusahakan bersih dari biji dan rizoma tumbuhan liar.
Bergantung kepada biaya yang tersedia, jenis tumbuhan liarnya, dan
tingkat manfaat yang dihasilkan, memberantas pengliaran di persemaian dapat
dilakukan dengan berbagai cara sebagai berilut :
• cara mekanis, antara lain dengan cara dicabut dan di cangkul.
• Cara kimiawi, yaitu menggunakan herbisida.
Cara mekanis Penyiangan/perumputan dengan cara mencabuti satu
persatu tumbuhan liar merupakan cara paling mudah dikerjakan. Cara ini
dilakukan di persemaian-persemaian.
Kerugian ialah memerlukan cukup banyak waktu dan tenaga, disamping
itu tidak semua bagian tumbuhan liar (rizoma) tercabut, sehingga dalam beberapa
waktu akan tumbuh lagi dan mungkin jumlahnya menjadi bertambah banyak. Dengan
demikian perumputan harus dilakukan berulang-ulang.
Cara kimiawi
Cara kimiawi merupakan cara pengendalian gulma yang tidak banyak membutuhkan
tenaga, tetapi di sini dituntut suatu pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai.
Bahkan kimia selain bermanfaat menjauhkan gangguan-gangguan yang akan atau
telah menimpa semai/tanaman dapat pula bersifat racun bagi semai / tanaman tersebut,
yaitu bila pemakaiannya salah atau kelewat batas. Bahan kimia yang digunakan
untuk memberantas tumbuhan penggangu disebut herbisida. Herbisida digolongkan
menjadi 2 golongan yaitu herbisida selektif dan herbisida tidak selektif.
Herbisida selektif ialah herbisida yang hanya membunuh penggangu saja tanpa
membahayakan semai/tanaman. Sedangkan herbisida tidak selektif membunuh semua
tumbuhan tanpa kecuali apakah itu tumbuhan penggangu ataukah semai/tanaman. Herbisida
selektif digunakan untuk perumputan secara kimiawi di bedenganbedengan persemaian.
3. Pengendalian Penyakit dan Hama.
a). Penyakit tanaman.
Suatu tanaman disebut berpenyakit apabila pada tanaman tersebut
terjadi perubahan proses fisiologis yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab
penyakit sehingga jelas ditunjukkan adanya gejala.
Gejala penyakit penting untuk diketahui, agar penyebab sakitnya
pohon/semai
dapat diketahui, tindakan pencegahan dan pemberantasan segera
dapat dilakukan.
b). Penyebab penyakit.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit tanaman dapat digolongkan
menjadi :
penyakit fisiologis, tidak menular dan tidak ditimbulkan oleh
parasit ini dapat disebabkan oleh :
1. Gangguan dalam pertukaran, pembentukan senyawa-
2. senyawa penting dalam tubuh tanaman, dan lain-lain.
3. Gangguan keadaan luar yang buruk sekali, misalnya panas
matahari yang terik, asapasap yang keluar dari pabrik, dingin yang keterlaluan
dan lain-lain.
4. Kekurangan zat makanan.
5. Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit menular. Parasit-parasit
tersebut antara lain yang sering dijumpai dipersemaian adalah : Cendawan,
bakteri dan virus.
c). Fungisida
fungisida ialah bahan kimia untuk membunuh/memberantas
cendawan-cendawan penyebab penyakit tanaman. Macam-macam fungisida dan
kegunaannya adalah sebagai berikut :
fungisida yang dipakai untuk mensterilkan tanah (soil strerilant)
ialah :
1. Formalin : 1 bagian formalin yang biasa diperdagangkan dicampur
dengan 50 bagian air, untuk tiap 0,1 m2 digunakan 2-2,5 liter, cara
penggunaannya: Tanah disemprotkan dengan formalin tersebut kemudian diaduk-aduk,
setelah itu ditutup tikar atau karung selama 2 hari 2 malam,14 hari kemudian
benih baru di. Dapat pula dipakai formalin 1% sebanyak 4 liter/ m2 , setelah
tanah disiram dengan formalin ini kemudian benih ditutup plastik atau tikar dan
baru seminggu kemudian benih dapat disebar, jika bedengan tidak ditutup, maka
benih sudah dapat disebar dalam waktu 3 hari setelah sterilisasi.
2. Methyl Bromide ; yang termasuk ini ialah mc-2, Dowfume
W-85,Brozonc, Trozone.
3. Methyl isothiocyanate; yang termasuk ini ialah : Vorlex, di
trapex.
Penyakit di
persemaian
1. Penyakit fisiologi
a) tanda-tanda : daun kuning, pucat-kecoklatan, coklat kemerahan,
sebagian besar tanahnya kering dan daya untuk menahan air kurang, disebabkan kekurangan
air.
Cara mengatasi : beri naungan ringan dan penyiraman yang cukup.
Tanda – tanda : daun kuning (Chlorosis), penyebabnya :
kekurangaan unsur hara N atau Fe.
Cara mengatasi dengan pemupukan.
b) Penyakit yang disebabkan oleh cendawan (damping off) diandai
dengan benih gagal kecambah atau semai lembek. Penyebabnya jamur : Pyhium, phytopthora,
Fusarium, dan Rhisoctonia.
Cara mengatasi : Tanah yang akan dipakai untuk mengecambahkan
benih distrerilkan dahulu atau diberikan Alumunium Sulfat segera setelah
penaburan benih dengan dosis 7 – 28 gram dilarutkan dalam 0,5 liter air untuk
tiap 0,1 m2 dapat pula diberikan asam sulfat 10% setelah penaburan benih.
Hama tanaman
Yang dimaksudkan dengan hama tanaman ialah gangguan atau kerugian
– kerugian pada tanaman yang disebabkan oleh binatang seperti serangga, cacing,
binatang menyesui (rusa, babi hutan, dan lain-lain) binatang mengerat (tikus,
tupai, dan lain-lain) Di persemaian kerusakan semai karena hama sering terjadi,
cara memberantasnya dapat dilakukan beberapa jalan, antara lain adalah secara
kemiawi, bahan-bahan kimia yang dipakai untuk membunuh serangga disebut
insektisida, sedangkan yang dipakai untuk membunuh cacing disebut Nematosida,
dan yang dipakai untuk membunuh binatang pengerat disebut rodentisida.
Pestisida dan Keamanannya.
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh/memberantas hama, penyakit, dan tumbuhan penggangu, di dalamnya
termasuk Fungisida, insektisida, herbisida, nematosida, redontisida.
Pemakaiannya harus hati-hati, karena dapat membahayakan si pemakai itu sendiri,
orang lain atau makluk – makluk hidup lainnya yang tidak merugikan tanaman.
Berikut ini petunjuk-petunjuk umum pemakaian pestisida demi keamanan.
Persiapan menggunakan pestisida
1. Siapkan pestisida yang akan dipakai di tempat yang terbuka atau
di tempat yang mempunyai pengaturan udara. Apabila bekerja ditempat yang
tertutup, pestisida yang daya racunnya tinggi dapat menyebebkan keracunan
melalui pernapasan, apalagi jika pestisidanya mudah menguap mungkin dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
2. Bukalah tutup tempat pestisida dengan hati-hati, jangan sampai
memercik atau berhamburan.
3. Pada waktu penuangan pestisida, dekatkan tempat pestisida itu
dengan tempat untuk menampungnya. Hati-hati jangan sampai tumpah atau tercecer.
4. Pakailah tempat (drum,ember) yang khusus digunakan untuk
mencampur pestisida, jangan memakai tempat-tempat yang biasanya digunakan untuk
keperluan makan, minum atau mencuci.
5. Jangan mengaduk campuran pestisida dengan tangan, pakailah
pengaduk kayu yang cukup panjang.
6. Apabila menggunkan pipet untuk mengambil pestisida, jangan
sekali-kali menyedotnya dengan mulut, gunakanlah jari telunjuk.
7. Jangan mencampur pestisida dengan ukuran sembarangan atau
dengan ukuran takaran yang berlebihan daripada yang dianjurkan. Turutilah dosis
yang benar dan aman.
8. Pakailah sarung tangan dari karet apabila bekerja dengan
larutan pestisida yang pekat. Sebelum sarung tangan dilepas, bilaslah dengan
air yang banyak. Jangan membalikkan sarung tangan pada waktu melepaskannya.
9. Pada mencampur dan mempersiapkan beberapa jenis pestisida,
untuk amannya pakailah alat pelindung pernapasan (masker) dan pakailah
pelindung, apabila hal ini memeng dianjurkan menurut petunjuk-petunjuk
pemakaian.
10. Jangan merokok, makan dan minum pada waktu mencampur
pestisida.
11. Hindarkan pestisida tumpah atau memercik mengenai kulit atau
pakaian, jauhkan dari mata, mulut dan hidung. Apabila pestisida mengenai kulit,
cucilah segera dengan air dan sabun. Pakaian yang terkena harus dicuci dulu
sebelum dipakai kembali.
12. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah mata dengan air
banyak-banyak selama kira 5 menit dan kemudian segera pergi ke dokter.
13. Apabila pestisida tertelan, usahakanlah untuk mengeluarkannya,
yaitu
memuntahkannya dengan larutan garam dapur (1 sendok makan dalam 1
gelas air). Lakukan pertolongan pertama menurut petunjuk yang tertera pada
label, kemudian ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Penggunaan Pestisida
1. Pakailah alat pelindung pernapasan (masker) dan pakailah
pelindung bila menurut label hal ini diperlukan.
2. Jangan menggunakan pestisida dengan dosis yang lebih daripada
yang dianjurkan.
3. Ikutilah petunjuk tentang waktu penggunaannya.
4. Jagalah jangan sampai pestisida yang digunakan mengenai pula
tanaman lain disekitarnya, tempat untuk menggembalakan ternak, sungai atau
aliran air, kolam, danau, atau tempat lain membahayakan manusia dan hewan.
5. Jangan menyemprot atau menggunakan pestisida yang berbentuk
debu pada waktu banyak angin, jagalah jangan sampai pestisida yang digunakan
akan terbawa air hujan ke tempat pengumpulan air.
6. Jangan menyemprot atau menggunakan pestisida yang berbentuk
debu berlawanan dengan arah angin.
7. Pada waktu bekerja dengan pestisida yangan merokok, makan atau
minum mengusap mata atau mulut dengan tangan.
8. Bila selama bekerja dengan pestisida badan terasa sakit,
sekalipun ringan segera hentikan pekerjaan atau pergilah ke dokter / klinik.
9. Selesai bekerja dengan pestisida, mandilah dengan sabun dan
gantilah pakaian.
Cucilah pakaian itu pula hendak dipakai lagi.
10. Bila akan memakai sepatu, pakailah sepatu karet sebab mudah
dicuci dengan air.
11. Jangan membersihkan alat penyemprot atau alat lainnya dan
membawa sisa pestisida di sungai, kolam, danau atau dekat dengan tempat-tempat
tersebut. Buanglah air bekas cucian atau bekas pembungkus pestisida ke dalam
lubang yang sengaja dibuat.
Menyimpan pestisida
Simpanlah pestisida pada tempatnya yang asli,di lemari yang
terkunci, jangan memindahkannya ke dalam tempat-tempat lain, atau menyimpannya
bersama bahan kimia lainmaupun yang biasa digunakan untuk tempat
makanan/minuman.
Membuang Tempat Pembungkus yang kosong dan sisa-sisa Pestisida.
1. Berikanlah alat-alat yang dipakai (alat penyemprot) dengan
sabun (detergent) yang dimasukkan ke dalam alat tersebut diguncang-guncang
lebih kurang 15 menit, kemudian tuangkan isinya ke dalam sebuah lubang yang
sengaja dibuat yang jauh
dari sumber-sumber air. Bilaslah beberapa kali dan air bilasan
buang ke dalam lubang di tanah.
2. Alat-alat yang dipakai untuk pestisida jangan digunakan untuk
menyimpan air,
minuman, makanan dan lain-lain..
4. Penyulaman
Penyulaman di persemaian untuk mengganti semai-semai sapihan yang
mati atau tumbuhnya kurang baik/kurang sehat dengan menggunakan kecambah
yang/sehat dari bedengan/bak tabur. cara yang benar.
5. Pemupukan
Salah satu usaha untuk memperoleh hasil pertumbuhan semai secara
optimal ialah dengan cara pemupukan. Pemupukan dimaksudkan supaya kadar unsur
hara dalam tanah/medium semai dipertinggi; dan dapat merubah keadaan fisik,
kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan semai atau secara
sederhana, pemupukan persemaian bertujuan untuk meningkatkan produkfitas tanah
agar diperoleh hasil semai
yang meningkat ( Suharriyanto dan Wasitohadi,1980)
Pemupukan persemaian di kehutanan biasanya dilakukan terhadap
semai-semai sapihan dengan menggunakan pupuk TSP/TS atau N.P.K. pupuk TSP ini
diberikan dengan cara : pupuk dicampurkan secara merata dengan tanah (top soil)
yang akan dipakai sebagai medium sapih, kemudian baru dimasukkan dalam kantong
plastik, dan setelah itu barulah semai sapihan ditanam disitu, dosis pupuk TSP
yang digunakan pada persemaian di Muria Pati Ayam, KPH Pati, yaitu pada
penelitian berbagai jenis tanaman kayu baker antara lain : Acacia
auriculiformis, A. mangium, Calliandracalotyrus, E. alba, E. Urophylla,
Gliricidia sp, Gmelina arborea, L.Leucocephala, Albizzia procera, dan Sesbania
Grandiflora adalah 4 gram per kantong plastik berukuran diameter 10 cm dan tinggi
20 cm. sedang di Subanjerini (Sumatra Selatan) diggunakan TSP dengan dosis 1
gram per kantong plastik berukuran diameter 6 cm dan tinggi 15 cm. setelah
bibit sapihan berumur 2-3 minggu dipupuk NPK dengan dosis 0,05 gram per bibit
(kantong plastik, yang selanjutnya pemupukan ini dilakukan secara teratur setiap
2 - 3 minggu sekali sampai semai siap ditanam di lapangan.
6. Pemeliharaan Istimewa
a) Surfacing.
Pekerjaan ini ialah menambahkan seresah daun-daunan di atas
permukaan tanah untuk 2- 3 bulan sebelum semai dipindahkan/ditanam ke lapangan.
Hal ini akan menambah pertumbuhan akar-akar permukaan sebatas leher akar,
tetapi tidak berhasil untuk semua jenis, berhasil pada Casuarina, Eucalyptus
dan Leguminosae.
b). Pemotong akar
Pekerjaaan ini ialah pemotong pucuk akar yang keluar dari
pot/wadah sebelum tanaman dipindah/ditanam di lapangan. Dapat digunakan untuk
semua jenis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1974. Pedoman Pembuatan Tanaman Pinus merkusii, Direksi
Perum Perhutani,
Jakarta.
………1981. Perlakuan dan Penyemaian Benih. Program Bantuan Penghijauan
dan Reboisasi,
No. 10. Diterbitkan oleh Proyek Pendidikan dan Latihan Petugas
Lapangan Program
Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Departeman Pertanian ………1986.
Pedoman Pembuatan Persemaian Parmanan. Departeman Kehutanan, Direktorat Jendral
Reboisasi dan Rehabilitasi.
Aldhous, J. R. 1975 Nursery Practice, Forestry Commission
Bulletin, No. 43, London : Her Majesty’ s Stastionery Office.
Daniel, T.W. and Frederick S. Baker, 1979. Principle of
Silviculture, Second Edition. Mc Graw Hill Book Company, New York St Louis San
Francisco, Auckland Bohota,
Diesseldorf, Johannesberg, London, Madrid, Mexico, Montreal, New
Delhi, Panama,
Paris, Sao Paulo, Singgapore, Sydney, Tokyo, Torando.
Darjadi L dan Harjono, 1972. Sendi-sendi Silvikultur. Direktorat
Jendral Kehutanan
Salemba Raya 16 Jakarta.
Fandeli, Ch, 1984. Ilmu Persemaian Jurusan Silvikultur, Fakultas
Kehutanan UGM.
Nyland, Ralp. D., 2002 Silviculture , Consepts and Aplication. Mc.
Graw Hill Book Co. New York.
Suhariyadi dan Wasito Hadi 1980. Pemeliharaan Persemaian dan
Tatalaksana Persemaian, Program Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, No. 15
Departeman Pertanian, diterbitkan oleh Proyek Pendidikan dan Latihan Petugas
Lapangan Program Bantuan Penghijauan dan Reboisasi.
Smith, D. M, 1962. The Practice of Silviculture, Seventh Edition,
Jhon Wiley dan Sons Inc, New York, London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar